Translate

Kamis, 26 Februari 2015

Makalah Maluku Utara



DAFTAR ISI

PETA WILAYAH MALUKU UTARA.................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1  Sejarah Daerah..................................................................................... 1
1.2  Luas Daerah.......................................................................................... 2
1.3  Jumlah Penduduk................................................................................. 2
1.4  Kepala Daerah....................................................................................... 2
BAB 2 : ISI
2.1  Sistem Peralatan Hidup......................................................................... 4
2.2  Sistem Kekerabatan.............................................................................. 4
2.3  Sistem Mata Pencaharian..................................................................... 5
2.4  Bahasa................................................................................................... 6
2.5  Kesenian................................................................................................ 6
2.6  Sistem Religi.......................................................................................... 7
BAB 3 : PENUTUP
3.1  Kesimpulan............................................................................................ 8
3.2  Penutup................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 9




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Sejarah Daerah Maluku Utara
Sebagai salah satu Provinsi termuda dari 33 Provinsi di Indonesia, Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi sebuah provinsi, Maluku Utara merupakan bagian dari Provinsi Maluku, yaitu Kabupaten Maluku Utara. Daerah ini pada mulanya adalah bekas wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur Nusantara yang dikenal dengan sebutan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku). Masing-masing adalah Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate.
Pada era pendudukan tentara Jepang (1942-1945), Ternate menjadi pusat kedudukan penguasa Jepang untuk wilayah Pasifik. Memasuki era kemerdekaan, posisi dan peran Maluku Utara terus mengalami kemorosotan. Kedudukannya sebagai karesidenan sempat dinikmati Ternate antara tahun 1945-1957. Setelah itu kedudukannya dibagi dalam beberapa daerah tingkat II (kabupaten).
Upaya merintis pembentukan Provinsi Maluku Utara telah dimulai sejak 19 September 1957. Ketika itu DPRD peralihan mengeluarkan keputusan untuk membentuk Provinsi Maluku Utara untuk mendukung perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat melalui Undang-undang Nomor 15 Tahun 1956, namun upaya ini terhenti setelah munculnya peristiwa pemberontakan Permesta.
Pada tahun 1963, sejumlah tokoh partai politik seperti Partindo, PSII, NU, Partai Katolik dan Parkindo melanjutkan upaya yang pernah dilakukan dengan mendesak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi Maluku Utara. DPRD-GR merespon upaya ini dengan mengeluarkan resolusi Nomor 4/DPRD-GR/1964 yang intinya memberikan dukungan atas upaya pembentukan Provinsi Maluku Utara. Namun pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru mengakibatkan upaya-upaya rintisan yang telah dilakukan tersebut tidak mendapat tindak lanjut yang kongkrit.
Pada masa kemerdekaan dan selanjutnya pada masa Orde Baru, daerah Moloku Kie Raha ini terbagi menjadi dua kabupaten dan satu kota. Kabupaten Maluku Utara beribukota di Ternate, Kabupaten Halmahera Tengah beribukota di Soa Sio, Tidore, dan Kota Administratif Ternate beribukota di Kota Ternate. Ketiga daerah kabupaten/kota ini masih termasuk wilayah Provinsi Maluku dengan ibukota Ambon.
Pada masa pemerintahan Presiden BJ. Habibie, muncul pemikiran untuk melakukan percepatan pembangunan dibeberapa wilayah potensial dengan membentuk Provinsi-Provinsi baru. Provinsi Maluku termasuk salah satu wilayah potensial yang perlu dilakukan percepatan pembangunan melalui pemekaran wilayah Provinsi, terutama karena laju pembangunan antara wilayah utara dan selatan dan atau antara wilayah tengah dan tenggara yang tidak serasi. Atas dasar itu, Pemerintah membentuk Provinsi Maluku Utara (dengan ibukota sementara di Ternate) yang dikukuhkan dengan Undang-Undang Nomor 46 tahun 1999 tentang Pemekaran Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dengan demikian Provinsi ini secara resmi berdiri pada tanggal 4 Oktober 1999, setelah 11 tahun masa transisi dan persiapan ifrastruktur, ibukota Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke Kota Sofifi yang terletak di Pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya.
1.2   Luas Daerah Maluku Utara
Luas total wilayah Provinsi Maluku Utara mencapai 140.255,32 km². Sebagian besar merupakan wilayah perairan laut, yaitu seluas 106.977,32 km² (76,27%). Sisanya seluas 33.278 km² (23,73%) adalah daratan.
1.3   Jumlah Penduduk Maluku Utara
Menurut data hasil rekapitulasi  data kependudukan per provinsi (edisi 31 Desember 2013) provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penduduk 1,239,677 jiwa.
1.4   Kepala Daerah Maluku Utara
·         BUPATI

·         Walikota
Kota
Walikota
Wakil Walikota
Mulai Menjabat
Selesai Menjabat
(direncanakan)

·          Gubernur
Daerah
Mulai Menjabat
Selesai Menjabat
(direncanakan)
Maluku Utara
-


PEMBAHASAN

2.1 Sistem Peralatan Hidup
Di Maluku Utara, pohon bambu selain dimanfaatkan sebagai bahan baku peralatan dalam kebutuhan seperti; pembuatan rumah, pagar, tiang, dipan, rakit sungai, dll, juga dimanfaatkan sebagai “alat musik” yang dikenal dengan "Musik Bambu Hitada". Selain itu bambu dipakai sebagai alat utama untuk permainan “Bambu Gila” yang dalam bahasa Ternate disebut permainan “Baramasuwen”.
Senjata tradisional dari Maluku Utara yaitu parang salawaki/salawaku, kalawai.
Pakaian Manteren Lamo (Sultan) yang terdiri atas celana panjang hitam dengan bis merah memanjang dari atas ke bawah, baju berbentuk jas tertutup dengan kancing besar terbuat dari perak berjumlah sembilan .Sementara itu, leher jas, ujung tangan, dan saku jas yang terletak di bagian luar berwarna merah.
Karena didominasi oleh muslim Anda dapat menemukan banyak makanan halal disini. Tentunya makanan laut berlimpah di sini. Berbagai hidangan nasi dan ikan atut Anda coba. Cicipi juga minuman dingin khas saat cuaca panas.
Makanan khas di Ternate yaitu papeda seperti juga di Papua dapat Anda cicipi di sini. Selain itu ada juga ketam kenari, halua kenari, bagea, ikan asap fufu, dan gohu ikan.
2.2 Sistem Kekerabatan
Pada zaman dahulu kala, tepatnya zaman kerajaan atau kesultanan Ternate dan Tidore terdiri atas beberapa strata social. Terbagi berdasarkan ketururan tapi tidak menentukan kasta seseorang sehingga tidak bersifat fungsional diantaranya :
1. Golongan Jou
            Yaitu golongan isatana, yang terdiri dari sultan dan keluarganya, sampai tiga turunan satu garis lurus langsung. Sebutan terhadap kedua golongan ini, misalnya: JOU KOLANO (yang mulia sultan), dengan nama kebesaran. Sedangkan sebutan ubtuk Permaisuri Sultan: JO-BOKI (singkatan dari kata JOU MA-BOKI), sebutan untuk anak putra sultan : KAICILI PUTRA, dan BOKI PUTRI (putrid sultan). Keraton kesultanan Ternate adalah tempat tinggal mereka.Golongan Jou memakai penuttup kepala berwarna Putih, hanya dipakai oleh golongan Jou TUALA BUBUDO.

2. Golongan Dano
            Yaitu golongan keluarga cucu sultan dan anak anak yang dilahirkan dari Putri Sultan dengan orang dari luar lingkungan istana atau golongan masyarakat biasa, juga termasuk keturunan dari kanak kanak maupun adik kandung sang Sultan. Penutup kepalanya – Pejabat Kesultanan (KAPITA/FABYIRA).

3. Golongan Bala
            Golongan ini sering disebut dengan (BALA KUSUSEKANOKANO), yaitu mereka yang berada di luar kedua golongan diatas (raknyat biasa).Penutup kepala khasnya adalah TUALA KURCACI.
Tidak menutup kemungkinan rakyat biasa dapat ikut serta dalam jabatan jabatan tinggi misalnya Kepala adat.Disamping pembagian diatas, terdapat pula pembagian berdasarkan wilayah, yaitu;

1) SOA SIO
            Yaitu terbagi dalam beberapa SOA/MARGA.SOA terdiri dari 9kelompok yang berada di wilayah pusat Kesultanya.

2) SANGAJI,
            Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan pada beberapa distrik di negeri seberang atau diluar pulau Ternate

3) HEKU
            Yaitu komunitas masyarakat Ternate yg wilayahnya mulai dar santosa kearah utara hingga ke pulau HIRI termasuk HALMAHERA MUKA

4) CIM
            Yaitu kelompok kekerabatan atau komunitas masyarakat Ternate yang wilayahnya dari AKE SANTOSA ke Selatan hingga mencapai batas KALUMATA.

2.3 Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian orang Ternate bertani dan nelayan.Dalam bidang pertanian mereka menanam padi, sayur mayur, kacang-kacangan, ubi kayu, dan ubi jalar.Tanaman keras yang mereka usahakan adalah cengkeh, kelapa dan pala.Cengkeh merupakan tanaman rempah-rempah yang sudah mempunyai sejarah panjang di Ternate.Cengkeh merupakan daya tarik yang mengundang kedatangan bangsa Eropa ke daerah ini.Selain itu, orang-orang Ternate juga dikenal sebagai pelaut-pelaut yang ulung.
2.4 Bahasa
Bahasa Melayu Maluku Utara atau Bahasa Melayu Ternate adalah suatu dialek bahasaMelayu yang dituturkan di hampir seluruh wilayah provinsi Maluku Utara, Indonesia. Di wilayah Kepulauan Sula, masyarakat di sana biasanya menggunakan Bahasa Melayu Sula (bahasanya mirip Bahasa Melayu Ambon, tetapi strukturnya masih mengikuti bahasa-bahasa di Maluku Utara), sedangkan di Bacan, Mandioli, dan wilayah di sekitar Bacan menggunakan Bahasa Melayu Bacan, meskipun penuturnya sekarang jumlahnya masih lebih sedikit daripada masyarakat yang menggunakan bahasa Melayu Maluku Utara. Tetapi jika orang Sula dan Bacan bertemu dengan orang Maluku Utara yang lain, mereka akan menggunakan bahasa Melayu Maluku Utara sebagai bahasa persatuan masyarakat Maluku Utara. Oleh sebab itu, Maluku Utara mempunyai tiga bahasa pasaran, tetapi hanya Melayu Maluku Utara yang digunakan sebagai bahasa persatuan.
Di Maluku Utara sendiri, namanya dikenal oleh masyarakat di sana sebagai Bahasa Pasar. Nama ini diambil karena bahasa ini adalah percakapan sehari-hari masyarakat Maluku Utara. Bahasa ini mempunyai pengucapan yang cepat dan nadanya yang datar serta intonasinya yang agak kasar (ini sesuai dengan percakapan masyarakat Maluku Utara di pasar), sehingga masyarakat di sebelah barat Indonesia kebanyakan akan tidak mengerti bahasa ini, terkecuali orang-orang yang pernah menetap di Maluku Utara. Bahasa ini juga dikenal sebagai bahasa Melayu Ternate, karena basis bahasa ini terletak di Ternate. Sebagian masyarakat Indonesia salah kaprah dengan menyebut bahasa ini sebagai bahasa Ternate (ada pula yang menyebut bahasa ini sebagai bahasa Maluku), padahal bahasa Ternate sangat berbeda dengan bahasa Melayu Ternate, terkecuali dalam hal struktur bahasanya ada yang relatif sama. Bahkan ada pula yang salah kaprah dengan menyebut bahasa ini sebagai bahasa Manado (Bahasa Melayu Manado) karena banyak persamaan kata, tetapi dalam hal intonasi, pengucapan, dan nada, kedua bahasa tersebut berbeda.

2.5 Kesenian
Ada 2 jenis kesenian di daerah Ternate, Yaitu Kesenian Istana dan Kesenian Rakyat.Kesenian istana umumnya merupakan kelengkapan adat yang bersifat ritual maupun seremonial.Tarian klasik yang bersifat ritual yaitu Legu – legu.Legu – legu mengandung makna bahwa Legu-Legu mempunyai sifat sakral.Para penari merupakan medium yang masih suci.Kadang ada satu atau lebih penari yang melakukannya gerakan, tidak dalam keadaan sadar/kemasukan roh nenek moyang.Tarian legu-Legu ini hanya dipentaskan pada saat-saat tertentu dengan pertimbangan utamanya harus bersifat ritual dan mempunyai keterkaitan dengan adat keramat keraton.
Alat Musik Daerah Maluku : Tifa merupakan alat musik yang paling terkenal dari Maluku. Alat musik ini bentuknya menyerupai kendang dan terbuat dari kayu yang di lubangi tengahnya.Ada beberapa macam jenis alat musik Tifa seperti Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas.
Alat musik lainnya yang berasal dari Maluku adalah Toto Buang dan Kulit Bia. Alat musik ini merupakan serangkaian gong-gong yang kecil bentuknya dan biasanya di taruh pada sebuah meja dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Sedangkan alat musik Kulit Bia merupakan alat musik tiup yang terbuat dari Kulit Kerang.
Tari Cakalele merupakan nama tarian yang paling populer dan terkenal dari Maluku. Taian ini menggambarkan Tari perang.Tari ini sering di pentaskan dan di peragakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).
Nama tarian lain yang berasal dari Maluku adalah tari Saureka-Reka dan tari Katreji.Tari Katreji dimainkan oleh wanita dan pria.Saat memainkan Tarian ini diiringi berbagai alat musikseperti biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar.
Tari Pelangi Maluku Utara merupakan garapan kreasi yang diciptakan dari perpaduan tari tradisional Maluku Utara, yaitu tari soya-soya dan tari cakalele.Garapan kreasi ini menggambarkan kekayaan dan potensi yang dimiliki oleh Maluku Utara, baik dari segi kekayaan alam, seni, maupun kebudayaannya.Pengaruh tari soya-soya begitu kental dalam garapan kreasi ini.

Tarian Soya-soya,Tarian ini berlatarbelakang peristiwa dalam sejarah Ternate, semasa pemerintah Sultan Babullah (1570-1583), yaitu tatkala Sultan Babullah menyerbu benteng Portugis di Kastela  (Santo Paolo Pedro) untuk mengambil jenasah ayahnya. Sultan Khairun yang dibunuh secara kejam oleh tentara Portugis di dalam benteng tersebut.Tarian yang bertemakan patriotisme ini diciptakan oleh para seniman kesultanan untuk mengabdikan peristiwa bersejarah tersebut.

            Tarian soya-soya ini, diartikan sebagai tarian pejmeputan. Sebab, biasanya tarian ini kerap diperagakan saat akan melakukan penjemputan tamu penting atau tamu kebesaran oleh pihak Keslutanan yang datang.

            Selain tarian cakalele, tarian soya-soya ini juga diistilahkan dengan tarian perang, karena berdasarkan laterbalakang tarian ini, digunakan oleh pasukan keslutanan untuk berperang melawan penjajah.

2.6 Sistem Religi
Sebelum agama Islam masuk ke P. Ternate, suku ini terbagi dalam kelompok-kelompok masyarakat.Masing-masing kelompok kerabat suku Ternate dipimpin oleh mamole.Seiring dengan masuknya Islam.mamole ini bergabung menjadi satu konfederasi yang dipimpin oleh kolano. Kemudian, setelah Islam menjadi lebih mantap, struktur kepemimpinan kolano berubah menjadi kesultanan.Dalam struktur kolano, ikatan genealogis dan teritorial berperan sebagai faktor pemersatu, sedangkan dalam kesultanan agama Islamlah yang menjadi faktor pemersatu.Dalam struktur kesultanan, selain lembaga tradisional yang sudah ada, dibentuk pula lembaga keagamaan.Kesultanan Ternate masih ada sampai saat ini meskipun hanya dalam arti simbolik.Namun belakangan ini kesultanan Ternate tampak bangkit kembali.
Umumnya orang Ternate beragama Islam.Di masa lalu kesultanan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah Indonesia bagian Timur.Saat ini masyarakat Ternate membutuhkan bantuan penanam modal untuk menggali dan mengelola hasil-hasil kekayaan alam daerah ini yang berlimpah.Bidang kehutanan, kelautan dan pertanian merupakan tiga bidang utama bagi orang Ternate.Selama ini, dari tiga kekuatan utama tersebut, hanya sektor kehutanan yang telah digarap besar-besaran.Daerah Ternate juga memiliki kekayaan wisata alam dan wisata budaya seperti bangunan bekas benteng Portugis, istana Kesultanan Ternate, dan lain-lain.Hal ini menjadi sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan, baik melalui pembangunan sarana transportasi maupun akomodasi yang memadai. Samapi sekarang, menurut sensus 2010 bahwa 97 % suku Ternate adalah orang Islam Sunni dan sedikit yang menganut agama Kristen Protestan.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbicara masalah ragam seni budaya Indonesia pasti tidak akan pernah ada habisnya. Mengingat begitu banyaknya ragam seni budaya yang terdapat mulai dari Sabang sampai Merauke. Pulau-pulau  di Indonesia dengan berbagai macam suku bangsa yang semuanya memiliki ragam seni budaya masing. Tapi semua terangkum menjadi satu yaitu sebuah ragam seni budaya yang ber- “BHINEKA TUNGGAL IKA”  dengan menunjukkan adat ketimuran dan berazaskan Pancasila.
Jadi tidak mustahil jika banyak hasil cipta rasa dan karya dalam berbagai adat dan ragam seni budaya yang dimiliki bangsa Indonesia ini selalu dilirik oleh bangsa lain.

3.2 Saran
Kaya akan ragam seni budaya sudah semestinya Indonesia berbangga, maka sudah selayaknya bagi bangsa dan masyarakat negeri ini untuk melestarikan dan menjaga ragam seni budaya yang ada di Indonesia ini.


DAFTAR PUSTAKA